Tanaman ini mulanya dibudidayakan sejak ribuan tahun yang lalu, begitu juga dengan pengonsumsiannya. Pemanfaatan gandum lebih banyak dijadikan untuk bahan tepung serta roti.
Mengingat tingginya permintaan konsumsi gandum di Indonesia, kebutuhan untuk melakukan import gandum telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu importir gandum paling banyak.
Hal ini pun menjadikan beberapa daerah mulai berinisiatif untuk membudidayakan gandum sendiri, meskipun masih dalam skala kecil.
Beberapa daerah di Indonesia yang telah memulai budidaya gandum meliputi Probolinggo, Salatiga, Gowa, Merauke dan daerah-daerah lain. Membudidayakan tanaman gandum bisa dikatakan suatu tantangan tersendiri, apalagi tanaman ini sebenarnya lebih cocok pada daerah sub tropis dibandingkan tropis.
Cara Budidaya Tanaman Gandum terutama yang dilakukan di Indonesia pastinya mempunyai beberapa teknik khusus mengingat tanaman ini asal mulanya dari daerah beriklim sub-tropis.
Dari pemilihan varietas, penyiapan benih, persiapan lahan media tanam, penanaman, pemeliharaan, dan panen setidaknya harus dilakukan dengan teknik yang tepat.
Langkah awal dalam menyiapkan benih gandum, terlebih dahulu adalah dengan melakukan pemilihan varietas yang cocok dengan iklim Indonesia.
Varietas yang dipilih setidaknya harus memiliki daya adaptasi yang bagus, serta tahan terhadap stres atau cekaman abiotik. Jenis varietas yang telah banyak dikembangkan di Indonesia diantaranya Guri-1, Guri-2, Dewata, Ganesha, Selayar, dan Timor.
Selanjutnya, untuk pemilihan benih gandum haruslah dipilih dari bibit yang unggul supaya mendapatkan hasil budidaya yang bagus.
Ada beberapa kriteria yang menunjukkan jika benih gandum yang dipilih merupakan bibit unggul. Kriteria tersebut meliputi ukuran, bobot, kandungan protein, dan daya kecambah benih.
Benih yang mempunyai ukuran besar dengan bobot yang padat dikategorikan sebagai bibit yang unggul jika dibandingkan dengan benih yang kecil serta bobot yang ringan.
Selanjutnya, daya kecambah suatu benih juga harus bagus dengan nilai lebih dari 90%. Untuk meningkatkan peluang daya kecambah suatu benih gandum, benih sebaiknya direndam pada air destilasi dalam kurun 12 jam.
Kriteria selanjutnya merupakan kandungan protein dalam benih. Alasan utama mengapa protein menjadi kriteria penting pada benih adalah dikarenakan protein bisa meningkatkan vigor benih gandum.
Sebenarnya, untuk mendapatkan benih yang unggul juga bisa didapatkan dengan mendatangi toko pertanian dan memilih benih gandum yang bersertifikat.
Namun, tetap saja kriteria yang telah disebutkan juga harus menjadi pertimbangan untuk mempersiapkan benih yang unggul.
Ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan jika mengolah tanah terlebih dahulu sebelum melakukan proses tanam. Misalnya saja, tanah yang diolah akan menjadi lebih gembur, menjadikan tanaman gandum yang tumbuh akan kaya hasil gluten, dan tidak mudah ditumbuhi oleh tanaman pengganggu (gulma).
Langkah pengolahan yang disarankan dalam hal menanam gandum adalah dengan melakukan pembajakan dan pencangkulan tanah. Proses ini sebaiknya dilakukan 2-3 kali.
Selain itu, pembersihan gulma juga harus dilakukan supaya tanah bebas dari tanaman pengganggu. Hal ini tentu saja bisa meningkatkan pertumbuhan gandum.
Selanjutnya, budidaya tanaman gandum juga membutuhkan drainase atau saluran air yang baik. Untuk itu, pembuatan drainase juga tidak boleh dilupakan saat mempersiapkan lahan media tanam.
Saluran air pada budidaya gandum sebenarnya juga mempunyai manfaat lain supaya air tidak terlalu menggenang saat pengairan dilakukan. Hal ini dikarenakan tanaman ini tidak begitu suka dengan kondisi tanah yang tergenang air dan becek.
Kedalaman dari drainase biasanya sekitar 25-30 cm, dengan lebar sekitar 50 cm, dan jarak antara drainase dibuat sekitar 2-3 meter.
Jika lahan sudah selesai dibajak atau dicangkul, serta pembuatan drainase juga sudah dilakukan, maka langkah berikutnya adalah memulai proses penanaman tanaman gandum.
Untuk memulai proses penanaman gandum, waktu yang paling sesuai adalah di akhir musim hujan atau di awal kemarau. Alasan utama kenapa waktu ini dipilih tidak lain dikarenakan suhu udaranya yang cocok untuk pertumbuhan gandum di Indonesia yaitu sekitar 28 °C.
Kemudian, proses penanaman dilakukan dengan metode penanaman secara larik dengan kedalaman hingga 6 cm serta jarak antar larik sekitar 30 cm.
Sebenarnya, jarak larik ini bisa menyesuaikan dengan jenis varietas dari gandum. Apabila suatu varietas gandum mempunyai jumlah anakan yang banyak, maka jarak lariknya harus lebih lebar. Sedangkan, bila varietas dari tanaman memiliki anakan lebih sedikit, maka jarak lariknya tidak dibuat terlalu lebar.
Jumlah benih gandum yang akan ditanam di media tanam tidak boleh kurang atau lebih. Jika jumlah benihnya kurang, maka gulma akan berpeluang untuk berkembang lebih cepat.
Sebaliknya, jika benih yang ditanam terlalu banyak, maka akan memicu pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, mengurangi keefisienan tanah dalam menyerap zat hara, dan bahkan menyebabkan adanya persaingan antar anakan sehingga justru akan membuat hasil budidaya menjadi lebih menurun.
Sebenarnya hal yang dirasa cukup penting adalah menentukan waktu tanam tanaman gandum. Mengingat waktu tanam ini akan berhubungan juga dengan iklim. Jika iklim mengalami perubahan, tentu saja ini akan menyebabkan budidaya cenderung kurang berhasil.
Dalam suatu budidaya, pemeliharaan tanaman haruslah dilakukan untuk menjaga agar tanaman yang sedang bertumbuh bisa menghasilkan hasil budidaya yang terbaik.
Jenis pemeliharaan pada setiap tanaman pun juga berbeda-beda mengingat banyak faktor yang membedakan juga antara tanaman yang satu dengan tanaman lainnya.
Pada tanaman gandum, jenis pemeliharaannya terbagi kedalam dua langkah, yaitu pemupukan dan pengendalian hama serta penyakit. Dua langkah pemeliharaan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
Penggunaan pupuk berbahan organik lebih disarankan pada budidaya gandum dengan alasan supaya tidak terjadi penurunan kesuburan suatu lahan.
Keuntungan dari pemupukan dengan bahan organik ini adalah mampu untuk meningkatkan produktivitas suatu tanaman dan lebih efisien dibandingkan dengan pupuk anorganik.
Pemupukan biasanya terbagi menjadi dua fase, yakni pada fase awal dan susulan. Untuk fase awal dilakukan sebelum proses penanaman dengan menggunakan pupuk organik sebanyak 2 hingga 3 ton per hektarnya.
Kemudian, pada fase pemupukan susulan, diberikan setelah masa tanam dilakukan dilakukan secara rutin dan berkala. Jenis pupuk yang digunakan dalam pemupukan susulan ini adalah pupuk NPK dengan takaran yang disesuaikan dengan luasnya lahan.
Untuk pupuk N, jumlah takarannya adalah sekitar 80-116 kg per hektarnya. Lalu, untuk pupuk P sekitar 17-67 kg per hektarnya. Pupuk K dengan ketentuan sebanyak 17-72 kg per hektarnya.
Kemudian, ada juga penambahan pupuk dengan pupuk KNO3 yang memiliki fungsi untuk meningkatkan jumlah gabah.
Di negara beriklim tropis, seringkali terjadi kasus gabah hampa yang tinggi. Oleh karena itu, dengan adanya pupuk ini akan membantu mengatasi masalah tersebut. Disamping itu, bila dikombinasikan dengan pupuk ZPT GA, maka hasil gandum akan lebih meningkat.
Hama dan gulma yang menghinggapi suatu tanaman budidaya pastinya akan mempengaruhi hasil panen. Banyak macam hama yang mampu menyerang gandum dan pencegahan awal haruslah dilakukan untuk menghindari serangan hama yang berlebih.
Berbicara masalah jenis hama, jenis hama yang sering menyerang adalah Amaranthus retroflexus L., Chenopodium album L., Cirsium japonicum DC., Ipomoea hederacea L.,dan masih banyak hama lainnya.
Sementara itu, penyakit tanaman gandum yang lebih sering menyerang adalah downy mildew, yang mana penyakit ini akan menurunkan bobot biji gandum dan mengurangi kandungan proteinnya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, pemberian herbisida serta mengelola tanah sebelum masa tanam dengan baik dapat mengurangi resiko terserang hama dan penyakit.
Pempupukan juga harus dilakukan rutin supaya hama tidak mudah menyerang gandum. Kemudian, penyiangan juga bisa menjadi salah satu cara untuk membantu memberantas tumbuhan pengganggu yang hidup di sekitar tanaman.
Penyiangan dianjurkan dilakukan dengan manual atau dengan mencabuti tumbuhan pengganggu tersebut. Rangkaian pengendalian hama dan penyakit pada gandum ini harus benar-benar dilakukan dengan baik supaya tanaman bisa tumbuh bebas tanpa penyakit dan hama.
Waktu panen yang tepat pada tanaman gandum bisa dilihat pada fisik dari tanaman gandum yang ditandai dengan penampilan warnanya yang berubah semacam warna jerami.
Selain itu, biji dari gandum juga akan menjadi keras dan sulit untuk dipecah dengan jari. Akan tetapi, jika kondisi tanaman sudah seperti ini, perlu dilakukan adanya penundaan panen dikarenakan kadar air pada biji masih lebih dari 20%.
Dalam proses panen, cara yang dilakukan hampir sama dengan memanen padi, yaitu tanaman dipotong menggunakan sabit atau menggunakan mesin panen.
Lalu, untuk merontokkan biji gandum-gandum dilakukan dengan thresher atau mesin perontok yang khusus untuk gandum.
Selepas itu, biji gandum harus dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Jika memiliki mesin pengering sendiri, maka proses pengeringan bisa dilakukan dengan mesin tersebut.
Nah, itu tadi cara budidaya tanaman gandum yang disesuaikan dengan iklim dan kondisi tanah yang ada di Indonesia. Sebenarnya, tidak mustahil untuk melakukan budidaya gandum di daerah dengan iklim tropis seperti di Indonesia.
sumber: https://agrotek.id
Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan juragan lainnya.
Copyright © 2024 AnekaUKM. All rights reserved.