Produktivitas kelapa rendah karena pohon yang telah tua di sebagian besar perkebunan rakyat maupun perusahaan dan sudah harus diremajakan.
Tanaman kelapa diremajakan jika telah berumur 60 tahun atau lebih atau jika produktivitas mulai turun/rendah, terserang hama/penyakit atau musnah karena bencana alam atau ingin digantikan dengan varietas kelapa unggul tertentu.
Peremajaan kelapa adalah kegiatan mengganti tanaman. Ada dua metode peremajaan yang umum dilakukan dan merupakan teknologi peremajaan di Indonesia, yaitu:
Metode peremajaan bertahap dimaksudkan untuk tidak menghilangkan sekaligus pohon kelapa yang akan diremajakan. Metode ini memungkinkan petani tidak kehilangan semua pendapatan dari usahatani kelapa.
Penanaman tanaman remaja dilakukan sekaligus, tapi proses penebangan pohon yang akan diremajakan secara bertahap. Praktek dalam metode ini sebagai berikut:
Keterangan :
Proses penebangan kelapa pada peremajaan tebang habis
Keterangan :
Keuntungan MTH adalah :
Kerugian MTH adalah :
Pemanfaatan lahan diantara kelapa pada jarak dan system tanam pagar 6 m x 16 m
Teknik budidaya kelapa yang dilakukan dengan baik dan benar akan berdampak positif terhadap pengembangan kelapa di Indonesia. Tanaman kelapa sebagai komoditas sosial ekonomi yang mempunyai landasan histrosi yang kuat dengan penduduk/petani di Indonesia, harus terus dilestarikan.
Produktivitas kelapa di Indonesia saat ini sangat rendah disebabkan beberapa hal, seperti umur tanaman yang sudah tua, serangan hama penyakit, penggunaan benih tidak unggul, serta tindakan budidaya yang kurang memenuhi syarat.
Peremajaan kelapa dengan menggunakan sumber benih yang unggul, tindakan budidaya yang memadai, serta pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan provitas kelapa.
Sumber benih kelapa unggul di Indonesia sangat banyak tersedia. Petani atau pemerintah dapat memperoleh benih sebar dari beberapa Blok Penghasil Tinggi (BPT) yang tersebar di sentra-sentra kelapa atau Benih Bina dari beberapa varietas kelapa unggul yang telah dilepas oleh pemerintah.
Selain itu, teknologi budidaya kelapa, pengendalian hama dan penyakit tersedia dengan mudah dan murah sehingga dapat terjangkau oleh petani. Minat petani kelapa untuk menanam kelapa juga dipengaruhi oleh harga dan prospek beberapa produk yang diminati pembeli baik dalam maupun luar negeri.
Gula dari nira kelapa saat ini menjadi trend konsumsi pabrikan (industri), juga produk tepung kelapa, permintaan sabut, arang aktif, dan minyak sehat/VCO. Produk-produk tersebut diharapkan mempertimbangkan tingkat kesehatan pengguna.
Itulah sebabnya, pengembangan kelapa mulai diarahkan menjadi produk organik melalui teknik budidaya organik. Model ini mengacu pada Teknik Budidaya yang Baik (Good Agricultural Practices, GAP) yang diterapkan hampir di semua komoditi pertanian.
Model usahatani polikultur sangat dianjurkan untuk meningkat- kan pendapatan petani, jika fluktuasi harga produk kelapa berada pada tingkat merugikan petani. Model ini lebih berkembang jika petani menanam kelapa dengan mengubah jarak dan system tanam menjadi sistem pagar, dengan jarak antar baris lebih lebar.
Direkomendasikan juga dalam program peremajaan kelapa, petani sebaiknya menggunakan metode tebang bertahap dikombinasikan dengan jarak dan sistem pagar serta pola usahatani polikultur. Program tersebut dapat dilakukan hanya dengan tanaman sela atau integrasi kelapa dengan ternak.
Konsep bioindustri berprinsip tidak ada produk yang terbuang dalam proses pengolahan pertanian. Artinya semua produk dan bahan samping dari proses pengolahan dapat dimanfaatkan (konsep “zero waste”) diaplikasi sebaik mungkin. Jika program peremajaan, usahatani polikultur, dan konsep bioindustri diterapkan, kelapa di Indonesia tidak akan menjadi komoditas marginal.
Sekian pembahasan tentang budidaya kelapa.
Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan juragan lainnya.
Copyright © 2025 AnekaUKM. All rights reserved.