ADVERTISMENT

img
Tips

Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit, Dari Pembibitan Hingga Panen

Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit, Dari Pembibitan Hingga Panen
Artikel ditulis olehWisnu Saputro

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia dengan luas areal sekitar 7,51 juta hektar dengan tingkat produksi 21 juta ton CPO pada tahun 2009 dan diprediksi pada tahun 2010 dapat mencapai luas sekitar 7,83 juta hektar dengan tingkat produksi 22,1 juta ton CPO.

Masalah utama yang dihadapi usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah rendahnya produktivitas tanaman, terutama usaha perkebunan kelapa sawit rakyat (PR).

Produktivitas tanaman kelapa sawit pada perkebunan rakyat adalah 5 ton TBS /ha/tahun, sedangkan pada perkebunan besar sudah mencapai >20 ton TBS /ha/tahun dan masih bisa ditingkatkan hingga sekitar 25-30 ton TBS/ha/ tahun.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Indonesia adalah melalui penggunaan benih unggul, peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan. Di Indonesia, benih unggul disuplai oleh beberapa perusahaan resmi penghasil kecambah.

Peremajaan tanaman kelapa sawit merupakan upaya yang sangat efektif dalam mendorong peningkatan produksi. Bila kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit dapat dilaksanakan, maka diperkirakan meningkatkan produksi 20%- 30% dari produksi yang ada.

Pengelolaan Air

Masyarakat lahan rawa di Kalimantan sering menyamakan antara saluran sekunder dan saluran tersier disebut handil.

Handil ini dibuat masyarakat dari sungai masuk ke pedalaman 2-5 km dengan lebar 2-3 m dan dalam 0,5-1,0 m. Istilah handil diambil dari kosakata aandeel (bahasa Belanda) artinya gotong royong.

Adakalanya handil diperluas sampai 5 km sehingga areal pengusahaan mencapai 20-60 hektar. Kearifan budayalokal ini berhasil meluaskan pemanfaatan lahan rawa secara sederhana untuk padi, sayur-sayuran, buah-buahan maupun perkebunan sepertikelapa, karet, dan kopi.

Pengelolaan air di tingkat mikro dibedakan antara sistem dua arah (two flow system) dan sistem satu arah (one flow system). Hasil penelitian dalam skala percobaan lapang (field experimental) di lahan rawa pasang surut sulfat masam di Kebun Percobaan (KP) Belandeaan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa sistem tata air satu arah dapat meningkatkan hasil padi dari 2-3 t GKG/ha/musim menjadi 5-6 t GKG/ha/musim.

Sistem tata air satu arah dirancang agar aliran air mempunyai alur masuk (inlet) dan keluar (outlet) yang berbeda sehingga terjadi putaran aliran satu arah dan terjadi pelindian (leaching) yang lebih intensif).

Pengelolaan air pada dasarnya bersifat spesifik, masing-masing komoditas mempunyai kepekaan terhadap muka air tanah. Tanaman kepala sawit menghendaki tinggi muka air tanah 60- 75 cm dengan maksimum lama genangan 3 hari.

Penyiapan Bibit

Kelapa sawit diperbanyak dengan buah/biji yang diedarkan atau dijual dalam bentuk kecambah. Sumber benih unggul di Indonesia ditetapkan pemerintah berasal dari perusahaan-perusahaan resmi pemasok kecambah.

Benih atau kecambah yang diproduksi merupakan hasil kegiatan persilangan antar kelapa sawit unggul yang dikoleksi oleh berbagai lembaga/perusahaan selama bertahun-tahun. Aksesi kelapa sawit Dura sangat beragam dan berasal dari berbagai negara serta telah mengalami proses pengembangan dan/atau pemurnian.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan atau budi daya kelapa sawit, terutama yang dialami petani adalah beredarnya (marak) benih atau kecambah kelapa sawit yang palsu.

Kejadian ini sangat memprihatinkan, karena pengguna atau petani akan mengalami kerugian cukup besar, di mana tingkat produktivitas kelapa sawit dari benih palsu sangat rendah.

Benih palsu umumnya diproduksi dengan prosedur tidak standar atau diambil dari kebun kelapa sawit yang bukan penghasil benih unggul.

Perusahaan penghasil benih kelapa sawit biasanya menggunakan label khusus untuk menandai kemurnian dan keaslian sumber benih kelapa sawit.

Di Indonesia terdapat perusahaan produsen benih. Biasanya produksi benih digunakan sendiri oleh perusahaan, tetapi dipasarkan juga karena permintaan yang tinggi oleh petani atau perusahaan swasta lainnya.

Prospek dan nilai ekonomi yang tinggi dari kelapa sawit menyebabkan maraknya pemalsuan atau penjualan benih palsu di Indonesia.

Perusahaan Produsen Kecambah Kelapa Sawit di Indonesia
Perusahaan Produsen Kecambah Kelapa Sawit di Indonesia

Benih yang sudah berkecambah disemai dalam polybag kecil dengan ukuran 12 cm x 23 cm atau 15 cm x 23 cm (lay flat). Polybag diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah diayak dan diberi lubang untuk drainase.

Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dengan panjang bedengan secukupnya.

Setelah bibit dederan berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke persemaian menggunakan polybag 40 cm x 50 cm atau dapat juga 45 cm x 60 cm dengan ketebalan 0,11 mm dilengkapi lubang pada bagian bawahnya untuk pembuangan air.

Tanah bagian atas yang telah diayak seberat 15-30 kg dimasukkan ke dalam polybag, jumlah tanah sebaiknya disesuaikan dengan lamanya bibit dipelihara di persemaian bibit.

Bibit pada polybag selanjutnya disusun di atas lahanyang telah disiapkan menggunakan sistem segitiga sama sisi dengan jarak 100 cm x 100 cm x 100 cm.

Setelah cukup besar, bibit dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan waktu tanam. Bibit sebaiknya dipelihara dengan melakukan penyiraman, penyiangan, pengawasan, dan seleksi, serta pemupukan.

Penyiraman sebaiknya dilakukan pagi dan sore hari, kecuali jika curah hujan >7-8 mm/hari. Air penyiram harus bersih dan cara penyiraman menggunakan semprotan halus agar bibit tidak terganggu dan tanah tidak padat.

Kebutuhan air untuk penyiraman sekitar 2 l/polybag/hari sesuai umur bibit. Gulma yang tumbuh dibersihkan secara manual atau menggunakan herbisida. Pembersihan gulma biasanya dilakukan 2-3 kali sebulan sesuai dengan kondisi gulma.

Pengawasan dilakukan untuk mempertahankan bibit tumbuh baik, jika pertumbuhan bibit kerdil, abnormal dan terserang penyakit sebaiknya dibuang. Pemilihan bibit sebaiknya dilakukan pada saat bibit berumur 4 bulan, 9 bulan, dan saat pemindahan bibit ke lapangan.

Ciri-ciri tanaman yang tumbuh abnormal adalah:

  1. bibit tumbuh tinggi dan kaku;
  2. bibit lemah terkulai;
  3. terserang penyakit; dan
  4. anak daun tidak sempurna.

Pemupukan bibit diperlukan agar diperoleh bibit yang sehat, pertumbuhan cepat dan subur. Pupuk yang diberikan meliputi urea (larutan) dan pupuk majemuk dengan jenis dan takaran pupuk sesuai dengan umur bibit. Bibit siap tanam sebaiknya berumur >1,2 tahun agar bibit memiliki kesiapan dalam menghadapi kondisi ekstrem.

Penyiapan Lahan dan Penanaman

Penyiapan lahan dan sistem penanaman tanaman tahunan di lahan rawa pasang surut perlu mendapatkan perhatian karena banyak tanaman yang tumbuh miring atau rebah, khususnya pada lahan gambut atau lahan rawa yang mempunyai waktu genangan atau luapan relatif sering atau lama.

Susanto, et al., (2011) menganjurkan adanya pemadatan tanah untuk tanaman kelapa sawit agar kerapatan jenis (BJ) tanah meningkat dan akar lebih kuat mencengkeram tanah sehingga tanaman roboh dapat dikurangi.

Pemadatan tanah juga akan meningkatkan hasil karena semakin banyak hara yang dapat diserap tanaman karena lebih banyak bidang tanah yang berinteraksi dengan akar tanaman.

Setiap jalur tanam dilakukan pemadatan dengan cara mekanis (alat berat). Persiapan lahan rawa atau didahului dengan pembangunan infrastruktur yang berhubungan dengan pengelolaan air, terutama yang berhubungan dengan sistem drainase kawasan.

Model sistem tata air yang telah dikembangkan oleh Balitbangtan melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Balittra di Kalimantan Selatan. Sistem drainase yang diterapkan berfungsi untuk menetralkan sifat kimia tanah terutama untuk tipe lahan suboptimal (rawa pasang surut sulfat masam).

Penataan tanaman atau tata letak tegakan tanaman kelapa sawit pada areal perkebunan penting agar rapi dan tidak menyulitkan operasional, terutama dalam pendataan dan pemetaan.

Jarak tanam yang digunakan adalah 9 m x 9 m dengan sistem segitiga sama sisi atau mata lima dengan arah utara-selatan. Populasi tanaman dengan sistem ini adalah 143 pohon/ha.

Jumlah tanaman kelapa sawit per satuan luas (hektar) tergantung pada jarak dan sistem tanam. Umumnya sawit ditanam sistem segitiga dan berjarak taman 8,5 - 9 m.

Jarak dan sistem tanam konvensional seperti ini bertujuan untuk mendapatkan populasi sawit semaksimal mungkin dan cocok untuk usaha tani monokultur. Model usaha tani polikultur yaitu dengan penanaman tanaman sela (pangan atau semusim, atau pakan) di antara kelapa sawit hanya dapat dilakukan pada sawit TBM.

Itulah sebabnya, beberapa penelitian sistem atau pola tanam sawit akan dikembangkan untuk keperluan sistem usaha tani sawit polikultur. Redesain sistem tanam nantinya diterapkan pada perkebunan sawit rakyat, sehingga petani tidak hanya tergantung pendapatannya pada sawit.

Hasil penelitian yang menarik, khususnya pada tipe lahan pasang surut sulfat masam seperti yang direkomendasikan oleh Balitbangtan, yaitu “double hole system” atau lubang ganda, tidak seperti di lahan kering/mineral dengan “single hole system”.

Melalui sistem ini diharapkan pertumbuhan kelapa sawit tidak miring. Kelihatannya sederhana, namun inovasi ini dapat digunakan untuk tanaman perkebunan lainnya yang dibudidayakan pada tipe lahan yang sama.

Namun demikian, perlu memperhatikan kedalaman bahan sulfidik tanah yang mengandung pirit, jika lapisan tersebut dangkal, maka sebaiknya jangan dilakukan.

Model Lubang Tunggal dan Lubang Ganda
Model Lubang Tunggal dan Lubang Ganda

Menurut Heru dan Andoko (2008) penanaman bibit kelapa sawit dilakukan sebaiknya pada awal musim hujan. Tahapan penanaman berikut.

  • Meletakkan bibit dari polybag di setiap lubang tanam.
  • Menyiram bibit saat di polybag sebelum ditanam agar kelembapan tanah dan persediaan air tersedia.
  • Memupuk fosfor di lubang tanam dengan menaburkan secara merata sebanyak 250 gr/lubang.
  • Melepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian dimasukkan ke dalam lubang.
  • Menimbun bibit dengan tanah galian bagian atas secara hati-hati kemudian padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Bibit yang digunakan untuk menyulam harus seumur dengan tanaman yang disulam berkisar 10-14 bulan. Cara penyulaman sama dengan cara menanam bibit.

Tanaman Penutup Tanah

Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembapan tanah, dan menekan pertumbuhan gulma.

Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai atau segera setelah tanam.

Jenis tanaman kacang-kacangan yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacang-kacangan ini dilakukan bercampur (tidak hanya satu jenis).

Pembentukan Piringan

Piringan di sekeliling tanaman kelapa sawit harus bersih dari gulma. Oleh karena itu, tanah di sekitar tanaman dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih. Gulma yang tumbuh harus dibersihkan secara manual dengan herbisida.

Ameliorasi dan Pemupukan

Kandungan magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) pada lahan gambut umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan kalium (K). Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap serapan K oleh tanaman, karena sifat antagonisme antara unsur hara bervalensi satu seperti K dengan yang bervalensi dua seperti Mg dan Ca.

Hara N umumnya juga sangat tinggi, namum karena ratio C/N tinggi sehingga ketersediaannya bagi tanaman rendah. Pemberian bahan amelioran dan pupuk dalam takaran yang tepat dapat mengatasi masalah keharaan dan kemasaman tanah.

Unsur hara yang perlu ditambahkan dalam bentuk pupuk seperti N, P,K, Ca. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan dua kali setahun dengan dosis yang disesuaikan dengan umur tanaman.

Contoh Dosis Pupuk pada Pertanaman Kelapa Sawit Sesuai Umur Tanaman
Contoh Dosis Pupuk pada Pertanaman Kelapa Sawit Sesuai Umur Tanaman

Pupuk N, P, K dan Mg disebar merata pada jarak 20 cm dari pohon sampai ujung tajuk. Waktu pemberian pupuk pertama sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan (September-Oktober) dan pada akhir musim hujan (Maret-April) untuk pemupukan kedua.

Pemangkasan Daun

Tujuan pemangkasan daun agar pohon kelapa sawit bersih dari daun kering/mati serta jumlah daun optimal dalam satu pohon. Kondisi ini dapat memudahkan pelaksanaan pamanenan.

Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur atau tingkat pertumbuhan tanaman.

  • Macam-macam pemangkasan:
  • Pemangkasan pasir adalah pemangkasan daun pada umur tanaman 16-20 bulan. Hal ini bertujuan untuk membuang daun kering.
  • Pemangkasan produksi adalah pemangkasan daun pada umur tanaman 20-28 bulan dengan membuang daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain.
  • Pemangkasan pemeliharaan adalah pemangkasan setelah tanaman berproduksi agar jumlah daun tinggal 28-54 helai.

Pengendalian OPT

Pengendalian gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam mengambil unsur hara, air dan cahaya matahari. Jenis gulma dominan meliputi Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, dan Gleichenia linearis. Cara pengendalian gulma adalah dengen membersihkan gulma yang tumbuh di piringan dan di antara tanaman.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman yang tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Hama dominan yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah dari golongan serangga, sedang penyakit biasanya berupa jamur, bakteri dan virus.

Tungau merah (Oligonychus) merupakan jenis hama yang menyerang daun sehingga daun menjadi kecoklatan. Pengendalian hama ini biasanya dilakukan dengan penyemprotan tetradion 75,2 gr/lt disemprotkan dengan konsentrasi 0,1%-0,2%.

Ulat Setora nitens merupakan jenis hama yang menyerang daun, hingga bagian daun yang tersisa hanya tulang daun saja. Pengendalian hama ini biasanya dilakukan dengan penyemprotan pestona.

Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus merupakan hama yang menyerang akar dan daun-daun tanaman muda sehingga daun menggulung. Pengendalian yang dilakukan biasanya dengan memberi natrium arsenit.

Serangan hama Oryctes rhinoceros terjadi pada tanaman muda yang busuk selanjutnya mati. Pengendalian umumnya dilakukan melalui sanitasi di sekitar tanaman. Pengendalian menggunakan musuh alami dapat dilakukan dengan jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.

Serangan hama ngengat Tirathaba mundella terjadi pada buah. Hama ini akan melubangi buah kelapa sawit. Pengendalian umumnya dilakukan melalui penyemprotan triklorfom 707 gr/lt atau endosulfan 350 gr/lt.

Penyakit blas akar (root blast) merupakan penyakit pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh Rhizoctonia lamellifera dan Phythium sp. Serangan penyakit ini tampak sejak bibit hingga tanaman dewasa yang mati karena bagian akar membusuk. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan melalui persemaian yang baik, ketersediaan air cukup terutama di musim kemarau, bibit yang ditanam telah berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dapat juga dilakukan menggunakan fungisida Natural GLIO.

Penyakit garis kuning biasanya disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum yang menyerang daun tanaman. Tanda-tanda daun terserang penyakit ini adalah daun berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, kemudian daun mengering. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan melalui penggunaan Natural GLIO sedini mungkin.

Penyakit bud rot yang disebabkan oleh bakteri Erwinia. Penyakit ini sering bersamaan dengan serangan hama kumbang (Oryctes rhinoceros). Gejala yang muncul berupa kuncup yang di tengah membusuk.

Hal ini dapat menyebabkan tanaman mati, jika tumbuh tanaman kerdil dan kurus. Pengendalian dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun terutama di sekitar tanaman.

Panen

Tanaman kelapa sawit biasanya mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun.

Panen dapat dilakukan jika 60% buah telah matang dan tanaman telah berumur 31 bulan, biasanya dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah yang matang panen.

Tandan matang panen dicirikan oleh paling tidak ada 5 buah yang jatuh dari tandan dengan berat kurang dari 10 kg.

Waktu panen sangat ditentukan oleh jumlah dan kualitas minyak yang dihasilkan. Jika waktu panen tepat, maka akan diperoleh kandungan minyak yang maksimal. Sedangkan jika panen lewat matang maka asam lemak bebas (ALB) meningkat yang berakibat pada perubahan minyak menjadi ALB.

Sebaliknya bila terlalu cepat panen akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah. Agar pemanenan dilakukan lebih mudah, maka daun pelepah yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu.

Tandan buah yang sudah matang dipotong sedekat mungkin dengan batang, sekitar 2-3 cm dari batang. Tandan buah diletakkan di piringan, kemudian buah dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil.

Tandan buah segar harus segera dibawa ke pabrik untuk diolah. Buah yang tidak segera diolah dapat menyebabkan kandungan ALB semakin tinggi.

Komentar

Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan juragan lainnya.

Artikel Terkait

ADVERTISMENT

img

AnekaUKM - One-stop Solution for SMEs

Copyright © 2024 AnekaUKM. All rights reserved.