Kelapa adalah salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional dengan hasil utama adalah kopra. Seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan sehingga tanaman kelapa dikenal sebagai pohon kehidupan (Tree of Life). Selain itu, tanaman kelapa merupakan tanaman sosial karena + 98% diusahakan oleh petani.
Di Indonesia, tanaman kelapa tersebar luas hampir di seluruh kepulauan Nusantara dan diusahakan mulai dari pekarangan sampai perkebunan besar. Luas areal tanaman kelapa tahun 2015* (*perkiraan) adalah 3,6 juta ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat seluas 3.697.032 ha atau 98,87.
Areal tanaman kelapa di Sumatera mencapai 33,75%, Jawa 19,95%, Sulawesi 24,98%, Bali 1,60%, NTB dan NTT 3,41%, Maluku dan Papua 10,29% serta Kalimantan 6.02% dari total luas areal kelapa Indonesia.
Berdasarkan data statistik perkebunan kelapa tahun 2010 – 2015, luasan areal kelapa di Indonesia turun 1,2%. Keadaan ini memberikan dampak yang buruk terhadap perkembangan dan keberlanjutan komoditi ini, jika tidak ada gerakan peremajaan dan pengembangan.
Peningkatan produktivitas tanaman kelapa tidak ada masalah karena teknologi cukup tersedia, seperti kelapa unggul, teknologi peremajaan kelapa, serta teknik budidaya. Selain itu, kesesuaian iklim dan lahan umumnya tidak menjadi kendala dominan, karena Indonesia terletak di daerah tropis yang merupakan habitat utama tanaman ini.
Pengembangan tanaman kelapa harus terus diupayakan karena komoditas ini memiliki beberapa keunggulan komparatif dan kompetitif, yang tidak ditemukan pada tanaman palma lain. Selain sebagai sumber pangan, komoditas ini sebagai sumber energi terbarukan.
Beberapa produk utama kelapa tidak dapat tergantikan oleh produk tanaman pesaingnya, antara lain sawit. Produk-produk tersebut adalah santan, desiccated coconut, nira kelapa, dan sabut.
Lokasi yang tepat untuk tanaman kelapa harus memenuhi dua persyaratan tumbuh yang umum bagi tanaman. Kedua faktor tersebut adalah iklim dan tanah. Pemenuhan kedua syarat tumbuh tersebut adalah garansi keberhasilan budidaya kelapa.
Iklim merupakan faktor penting dan harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana perluasan areal atau pengembangan tanaman kelapa. Tanaman kelapa akan berproduksi optimal apabila persyaratan iklim dipenuhi.
Pedoman umum sederhana yang biasa digunakan untuk kriteria kesesuaian iklim adalah ketersediaan air, berupa curah hujan yang tinggi dan permukaan air tanah.
Persyaratan unsur iklim lain, seperti suhu, kelembaban, dan radiasi matahari jadi pertimbangan selanjutnya oleh karena Indonesia berada di daerah tropis sehingga ketiga unsur tersebut tidak terlalu dipermasalahkan.
Syarat lahan dan tanah diperlukan sebagai informasi awal yang sangat menentukan penyusunan rencana penentuan lokasi dan jenis kegiatan yang harus dilaksanakan.
Kajian lahan dan tanah yang dilakukan, meliputi peninjauan terhadap vegetasi, kondisi topografi dan tipe lahan (mineral atau gambut/pasang surut). Calon lokasi lahan mineral mempunyai ciri umum:
Lahan calon lokasi penanaman kelapa
Kondisi lahan dan vegetasi yang ada berhubungan dengan besarnya biaya serta strategi persiapan lahan. Hal penting yang harus diperhatikan dan sesuai dengan peraturan pemerintah adalah TIDAK DIIJINKAN MEMBUKA LAHAN PERKEBUNAN DENGAN CARA MEMBAKAR.
Indonesia kaya dengan berbagai kultivar kelapa, sampai saat ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian 19 varietas kelapa Dalam sebagai varietas unggul nasional. Varietas unggul tersebut adalah:
Asal Sulawesi Utara mulai berbuah umur 5 tahun, bentuk buah bulat, ukuran buah sedang, warna kulit buah umumnya merah kecoklatan, produksi kopra optimal 3,5 ton/ha/tahun, kadar minyak 62,95%. Agak toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah (curah hujan > 2500 - 3500 mm/tahun).
Asal Sulawesi Utara mulai berbuah umur 5 tahun, bentuk buah bulat, ukuran buah sedang, warna kulit buah umumnya hijau, produksi kopra optimal 3,0 ton/ ha/tahun. Kadar minyak 69,31%. Tahan terhadap kekeringan sampai dengan 3 bulan. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah (curah hujan <2500 mm/tahun).
Asal Bali mulai berbuah umur 5 tahun, bentuk buah bulat, ukuran buah besar, warna kulit buah hijau kekuningan, produksi kopra optimal 3,0 ton/hektar/ tahun. Kadar minyak 65,52%. Tahan terhadap kekeringan sampai dengan 3 bulan. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah (curah hujan <2500 mm/tahun).
Asal Sulawesi Tengah mulai berbuah umur 5 tahun, bentuk buah bulat, ukuran buah besar, warna kulit buah umumnya hijau, produksi kopra optimal 2,8 ton/ hektar/tahun. Kadar minyak 69,28%. Agak toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah (curah hujan <2500 mm/tahun).
Asal Jawa Barat mulai berbuah 4 tahun, bentuk buah bulat, ukuran buah sedang, warna kulit buah hijau kekuningan, produksi kopra optimal 3,5 ton/hektar/ tahun. Kadar minyak 66.26%. Tidak toleran terhadap kekeringan. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah dengan curah hujan sedang sampai tinggi ( > 2500 mm/tahun).
Asal Maluku Utara mulai berbuah umur 5 tahun, bentuk buah bulat, ukuran buah kecil, jumlah buah per tandan banyak (75 – 100 butir), produksi kopra optimal 2,14 ton/hektar/tahun. Kadar minyak 50,59%. Toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah dengan curah hujan rendah sampai tinggi (>1200 mm/ tahun).
Selain itu, masih ada beberapa kultivar kelapa yang sedang dievaluasi memiliki potensi hasil tinggi. Kultivar-kultivar kelapa yang belum dievaluasi dikategorikan sebagai kelapa unggul lokal (kelapa Dalam atau Genjah).
Jika sulit mendapatkan varietas kelapa unggul nasional, terutama karena lokasi pengembangan jauh, maka benih yang dibutuhkan dapat diseleksi dari populasi kelapa Dalam unggul lokal atau Blok Penghasil Tinggi (BPT) yang telah ditetapkan oleh Dinas Perkebunan/ instansi terkait dan disetujui oleh Balit Palma berdasarkan evaluasi yang dilakukan peneliti dan petugas lapang.
Varietas kelapa unggul lain yang direkomendasikan untuk dikembangkan adalah kelapa Genjah Raja (GRA), Genjah Salak (GSK), Genjah Kuning Nias (GKN), Genjah Tebing Tinggi (GTT), Genjah Kopyor, kelapa eksotik lainnya.
Kelapa hibrida yang telah dilepas, yaitu: Khina-1, Khina-2, Khina-3, Khina-4, Khina-5 dan Kelapa Baru (KB-1, KB-2, KB-3) yang merupakan hasil penelitian Balit Palma.
Bahan tanaman dalam hal ini benih kelapa, seperti kelapa Dalam harus berasal dari kebun benih atau Blok Penghasil Tinggi (BPT).
Pembentukan kebun sumber benih atau BPT dapat dilakukan oleh petani dengan lisensi/bantuan dari Balit Palma, Balai Sertifikasi Benih, Perguruan Tinggi atau instansi terkait yang ditunjuk Pemerintah Daerah atau Direktorat Jenderal Perkebunan.
Prosedur sederhana penentuan BPT antara lain:
Keragaan kelapa yang akan dijadikan populasi kebun BPT disajikan dalam Tabel berikut:
Kriteria pohon induk yang berkualitas:
Pengamatan hama dan penyakit utama dilakukan pada tanaman contoh. Hama utama, antara lain Sexava sp. dan Oryctes sp., sedangkan penyakit utama, antara lain penyakit busuk pucuk dan gugur buah yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora.
Prosedur pemeriksaan benih sebagai berikut :
Analisis mutu fisik dilakukan dengan mengamati penampilan kulit buah serta gejala serangan hama dan penyakit pada buah. Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
Diartikel selanjutnya kita akan membahas pola penanaman kelapa yang tepat BACA DISINI. Terimakasih
Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan juragan lainnya.
Copyright © 2024 AnekaUKM. All rights reserved.