ADVERTISMENT

Info

Budi Daya Tanaman Karet, Dari Pembibitan Hingga Panen

Artikel ditulis olehWisnu Saputro

Tanaman kelapa karet di Indonesia ditanami pada berbagai jenis lahan meliputi: lahan kering, lahan rawa pasang surut, rawa lebak, dan gambut.

Pengembangan tanaman karet di lahan kering dibatasi terutama oleh ketersediaan air bagi tanaman dan topografi lahan.

Sedangkan di lahan rawa pasang surut, lebak dan gambut faktor pembatasnya adalah sistem drainase air dan transportasi.

Produktivitas karet di Indonesia pada tahun 1990-an berkisar 500 kg/ha/tahun, tingkat produksi ini jauh di bawah tingkat produksi yang telah dicapai Malaysia yaitu 1.000 kg/ha/tahun dan Thailand 750 kg/ ha/tahun.

Sementara kualitas lateks Indonesia juga lebih rendah karena pengelolaan pascapanennya belum memenuhi syarat.

Masalah rendahnya produktivitas tanaman karet di Indonesia disebabkan oleh didominasi perkebunan rakyat. Selain itu dijumpai tingginya populasi tanaman karet yang sudah tua.

Petani karet enggan melakukan peremajaan karena memerlukan biaya tinggi dan tingkat harga yang masih rendah.

Keberhasilan pengembangan tanaman karet di lahan rawa pasang surut ditentukan oleh:

  1. pengelolaan tanah dan air yang sesuai dengan karakteristik wilayah pengembangan; dan
  2. pemberian bahan ameliorasi dan pupuk N, P, dan K yang sesuai dengan ketersediaan hara tanah serta kebutuhan tanaman.

Pengelolaan Air

Ilustrasi pengairan

Pengelolaan air adalah upaya mempertahankan ketinggian muka air pada saluran dan muka air tanah (ground water level) pada petak usaha tani sesuai dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan.

Pengelolaan air pada dasarnya pengaturan air pada pada tingkat saluran primer, sekunder, dan tersier serta kuarter dalam satu kesatuan.

Tujuan pengelolaan air di lahan rawa selain untuk pemenuhan ketersediaan air khususnya pada musim kemarau, pembuangan atau drainase pada musim penghujan, juga berkaitan erat dengan perubahan iklim, khususnya dalam upaya adaptasi dan mitigasi.

Pengelolaan air sebagai upaya menjaga agar tanah selalu basah (anaerob) tidak saja berhubungan dengan lapisan pirit tidak teroksidasi, tetapi juga berkaitan erat dengan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

Tanaman karet merupakan tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan kelapa sawit. Tanaman ini dapat tumbuh baik hingga kedalaman muka air tanah mencapai 75- 100 cm dpl.

Pemilihan Klon

Pemilihan Klon

Klon unggul baru yang merupakan generasi ke-4 meliputi: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118.

Klon IRR 42 dan IRR 112 sedang dalam proses pelepasan menjadi varietas, sedangkan klon IRR sudah resmi dilepas.

Klon-klon ini memperlihatkan tingkat produktivitas yang baik pada berbagai lokasi. Walaupun demikian, penggunaan klon-klon tersebut harus memperhatikan kondisi agroekosistem wilayah pengembangan.

Klon-klon yang relatif sesuai untuk dikembangkan pada lahan dengan tinggi permukaan air (50-100 cm) dari permukaan tanah atau dataran rendah yang sering tergenang saat musin hujan, adalah: BPM 24, BPM 1, PB 340, PB 217, IRR 104, IRR 5, dan IRR 112.

Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit karet sebaiknya dilakukan 1,5 tahun sebelum ditanam di lahan pertanaman. Supaya pertumbuhan tanaman karet baik, maka penyiapan bibit harus memperhatikan beberapa hal seperti:

  1. batang bawah (root stock);
  2. entres/batang atas (budwood); dan
  3. okulasi (grafting).

Batang bawah perlu mandapat perhatian agar diperoleh tanaman karet yang mempunyai perakaran baik sehingga mampu menyerap hara tanah. Oleh karena itu, pembuatan tempat pembibitan batang bawah harus memenuhi persyaratan teknis seperti:

  • persiapan tanah untuk pembibitan,
  • pengelolaan benih,
  • perkecambahan,
  • penanaman kecambah, dan
  • pemeliharaan bibit di pembibitan.

Tanam hasil okulasi yang baik memerlukan entres yang baik pula. Mata okulasi sebaiknya diambil dari entres di kebun produksi dan kebun entres.

Sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni agar pertumbuhan tanaman karet seragam dan proses okulasi berhasil.

Okulasi adalah suatu cara untuk perbanyakan tanaman biasanya dilakukan dengan cara menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis. Hasil okulasi merupakan bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini dan bibit dalam polybag.

Mata entres pada tanaman karet merupakan bagian atas tanaman. Penanaman bibit tanaman karet sebaiknya tepat waktu sehingga dapat mengurangi kematian tanaman.

Waktu yang sesuai untuk menanam tanam adalah awal musim hujan. Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum tanah meliputi:

  • penyiapan lubang tanam,
  • pembongkaran,
  • pengangkutan, dan
  • penanaman bibit.

Sebaiknya bibit yang sudah dibongkar segera ditanam.

Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan dengan sistem Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB), sama halnya dengan penyiapan lahan pada kelapa sawit.

Bersamaan dengan penyiapan lahan dilakukan pula penataan lahan seperti: blok-blok tanaman, jalur jalan dan saluran drainase.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara sistematis sehingga sesuai dengan persyaratan yang diperlukan tanaman karet.

Pengendalian gulma biasanya dilakukan dengan penyemprotan herbisida.

Dimensi lubang tanaman karet adalah 60 cm x 60 cm bagian atas, 40 cm x 40 cm bagian bawah dan kedalaman 60 cm.

Saat membuat lubang tanaman, tanah bagian atas diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah di sebelah kanan.

Lubang tanaman dibiarkan terbuka selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam. Cara lain agar tanaman tidak miring atau rebah dilakukan pembuatan lubang dalam lubang (hole in hole) seperti telah dikemukakan pada budi daya kelapa sawit.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman bibit, sebaiknya dilakukan seleksi bibit agar diperoleh bibit yang baik, seperti:

  • pertumbuhan dan produksi tanaman tinggi,
  • adaptif terhadap perubahan lingkungan tumbuh, dan
  • tahan terhadap serangan OPT.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan antara lain:

  1. bibit sudah berpayung dua;
  2. mata okulasi baik dan telah bertunas;
  3. akar tumbuh baik; dan
  4. sehat.

Penanaman karet sebaiknya dilakukan pada musim hujan (September-Desember). Saat penanaman, tanah penutup lubang diambil dari tanah bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk dasar meliputi: SP-36 100 gram per lubang, urea 50 gram per lubang dan SP 36 100 gram per lubang sebagai pupuk dasar.

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang tumbuh kurang baik. Penyulaman juga sebaiknya dilakukan dalam musim hujan.

Bibit yang digunakan untuk penyulaman sebaiknya berumur sama dengan tanaman yang disulam.

Tunas palsu atau tunas-tunas yang tumbuh di luar mata okulasi sebaiknya dibuang. Kegiatan ini dilakukan saat ketinggian tanaman 2,5-3 m agar diperoleh bidang sadap yang baik.

Apabila tanaman karet telah berumur 2-3 tahun dengan ketinggian lebih 2 m dan masih belum mempunyai cabang, maka perlu dilakukan perangsangan melalui:

  • pengeratan batang;
  • pembungkusan ujung daun; dan
  • pemotongan.

Ameliorasi dan Pemupukan

Selain pupuk dasar diberikan pula pemupukan lanjutan dengan dosis yang berimbang sebanyak dua kali setahun.

Pemupukan dilakukan dalam saluran kecil mengelilingi piringan tanaman kemudian ditutup kembali agar tidak hilang melalui penguapan atau pencucian bersama air.

Bila ada gejala kekurangan hara makro atau mikro pupuk yang mengandung hara yang kurang tersebut dapat ditambahkan.

Pemupukan pertama sebaiknya dilakukan pada Januari/Februari dan yang kedua pada Juli/Agustus.

Pemberian pupuk SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari urea dan KCl. Waktu dan dosis pemupukan tanaman karet seperti tabel dibawah:

Dosis Pupuk pada Pertanaman Karet Sesuai Umur Tanaman di Lahan Gambut
Dosis Pupuk pada Pertanaman Karet Sesuai Umur Tanaman di Lahan Gambut

Jika di antara tanaman karet muda ditanami kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah, maka diberi pupuk SP-36 200 kg/ha atau disesuaikan dengan kondisi tanaman.

Pengendalian OPT

Serangan hama dan penyakit pada tanaman karet dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomis.

Kerugian tersebut tidak hanya berupa kehilangan hasil, tetapi juga investasi yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya.

Oleh karena itu, pengendalian secara terpadu dapat memperkecil kerugian.

Hama penting yang biasanya menimbulkan kerusakan pada tanaman karet antara lain: kutu lak (Laeciper greeni) dan pseudococcus citri.

Hama serangga sering menyerang daun dan batang tanaman karet. Pengendaliannya dapat dilakukan menggunakan insektisida Metamidofos dengan konsentrasi 0,05%-0,1%.

Sedangkan hama kutu lak biasanya menyerang daun dan batang tanaman karet. Hama ini dapat dikendalikan menggunakan insektisida Albolinium (konsentrasi 2%) ditambah surfactan citrowett dengan konsentrasi 0,025%.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus) biasanya menyerang akar tanaman.

Gejalanya dapat dilihat dari daun berwarna pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam, daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Akar tanaman yang sakit memperlihatkan benang-benang jamur berwarna putih.

Jamur biasanya membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan di pangkal akar tanaman karet.

Serangan tingkat berat akar tanaman membusuk sehingga tanaman mati. Penularan jamur terjadi melalui kontak dengan akar tanaman sehat. Penyakit akar putih biasanya dijumpai pada tanaman karet yang telah berumur 1-5 tahun.

Pengendalian serangan jamur ini sebaiknya dilakukan pada tingkat serangan sedini mungkin. Bila pengendalian dilakukan pada tingkat serangan lanjut, maka tingkat keberhasilan di bawah 80%.

Fungisida yang dianjurkan antara lain: CalixinCP, Fomac2, Ingro Pasta20PA dan ShellCP. Bagian leher akar tanaman karet disiram dengan: Alto100SL, Anvil 50SC, Bayfidan 250EC, Bayleton 250EC, Calixin 750EC, Sumiate12, 5WP dan Vectra 100SC.

Selain itu dapat juga ditabur: AnjapP, BiotriP, Bayfi dan 3G, Belerang dan TrikoSP+. Belerang juga dapat ditabur sebanyak 150-200 gr per batang setiap tahun sampai umur tanaman 5 tahun (Djojosumarto, 2012).

Penyakit kekeringan alur sadap umumnya tidak sampai mematikan tanaman karet. Penyakit ini terjadi karena penyadapan yang dilakukan terlalu sering. Penyakit ini awalnya ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap.

Kemudian bagian yang mengering bertambah banyak dan mengalami perubahan warna menjadi coklat. Kondisi kekeringan kulit dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan. Pengendalian penyakit ini dilakukan melalui penyadapan yang tidak terlalu sering.

Penyadapan

Penyadapan karet

Tanaman karet yang telah berumur 5-6 tahun biasanya sudah siap disadap. Keadaan ini ditandai oleh lingkar batang yang telah mencapai 45 cm pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah.

Secara umum areal pertanaman karet siap penen, jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut.

Alat-alat yang digunakan untuk menyadap seperti: pisau sadap, talang lateks, mangkuk, cincin mangkuk, tali cincin dan sigmat (alat ukur tebal kulit).

Penyadapan dilakukan pada pukul 05.00-06.00 pagi dan hasil sadapan dikumpulkan pukul 08.00-10.00 pagi.

Cara penyadapan sebagai berikut:

  1. Pembuatan mal bidang sadap, bidang sadap pertama pada ketinggian 90-100 cm di atas permukaan tanah (untuk tanaman dari biji) dan 130 cm (untuk tanaman dari okulasi). Bidang sadap kedua pada ketinggian 260 cm dari atas permukaan tanah. Bidang sadapan berbentuk spiral dari bagian atas (bagian kiri) ke bawah (bagian kanan) membentuk sudut 30-0-45o.
  2. Pengirisan kulit bidang sadap dilakukan setebal 1,5-2 cm dengan kedalaman 1-1,5 cm dari kambium. Bidang sadap atas dan bidang sadap bawah dibuat secara berseling.
  3. Getah/lateks yang keluar dialirkan melalui talang dan ditampung dalam mangkuk. Lateks tersebut selanjutnya disaring dan diencerkan dengan menambahkan air hingga konsentrasinya menjadi 15%- 20%. Lateks selanjutnya dibekukan dengan menambah zat koagulan selama 3-4 jam. Lateks yang sudah membeku selanjutnya digiling, direndam, dan dicuci. Hasilnya gilingan yang telah bersih dikeringkan dengan cara menggantungnya di rumah pengasapan.

Bagan Penyadapan Tanaman Karet
Bagan Penyadapan Tanaman Karet

Catatan: Tanaman karet diremajakan pada umur 31 tahun

Keterangan:

  • A = Kulit Murni Bidang A
  • B = Kulit Murni Bidang B
  • A = Kulit Pulihan Pertama A
  • A = Kulit Pulihan kedua A
  • B = Kulit Pulihan Pertama B
  • AH = Kulit Murni Atas A
  • BH=  Kulit Murni Atas B

Komentar

Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan juragan lainnya.

Artikel Terkait

ADVERTISMENT

AnekaUKM - One-stop Solution for SMEs

Copyright © 2024 AnekaUKM. All rights reserved.