ADVERTISMENT

Info

Turun 23%, Harga Minyak Mentah Anjlok Terendah Sejak Pandemi

Artikel ditulis olehApril Liliana

Anekaukm.com - Gejolak kekhawatiran akan resesi yang akan menghantam ekonomi global juga mempengaruhi harga minyak mentah. Harga acuan minyak mentah dunia turun anjlok 23%.

Sepanjang kuartal ketiga tahun 2022, minyak mentah dunia mencatatkan ini sebagai kinerja terendah sejak pandemi covid-19 dimulai awal 2020 silam. 

Pada perdagangan terakhir di pekan ini, harga minyak mentah brent ditutup melemah keposisi US$87,96 / barel. Meskipun demikian, dalam sepekan secara point-to-point harga minyak mentah tercatat mengalami kenaikan lebih dari 2%.

Sementara itu, jenis light sweet atau West Texas Intermediate yang merupakan minyak mentah acuan AS ikut turun dan melemah secara harian dan turun ke posisi US$ 79,49 per barel. Namun, dalam sepekan harga acuan WTI menguat tipis atau naik nyaris 1%.

Harga minyak mentah turun, anekaukm.com

Sebelumnya di awal pekan ini, harga minyak mentah dunia sempat melejit selama dua hari pada perdagangan Selasa dan Rabu (28/9) karena OPEC+ telah menginisiasi diskusi terkait potensi pengurangan produksi minyak mentah pada pertemuan berikutnya pada 5 Oktober, berdasarkan keterangan tiga sumber Reuters.

Sebuah sumber dari OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa pemangkasan produksi "mungkin" terjadi, sementara dua sumber lainnya menyebut anggota kunci telah berbicara tentang topik tersebut.

Rusia berpeluang akan mengusulkan agar OPEC+ mengurangi produksi minyak sekitar 1 juta barel per hari (bpd).

Penutupan perdagangan akhir kuartal III tahun 2022 mendapati harga minyak pada tingkat yang nyaris sama sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari. Agresi tersebut mampu mengejutkan pasar energi di seluruh dunia.

Penurunan kuartal ketiga minyak mentah Brent tercatat mengalami peregangan tiga bulan terburuk sejak kuartal I 2020 yang disebabkan oleh kepanikan akibat covid-19, yang mana harga Brent turun sekitar 60%.

Fakta di lapangan menunjukan hal yang berbeda. Penurunan yang terjadi kontra intuitif mengingat pasokan masih tetap ketat serta perusahaan energi belum meningkatkan produksi, dan banyak pembeli masih menghindari minyak mentah yang diproduksi Rusia.

Namun, ketakutan terhadap resesi tampaknya berpotensi membuat pedagang ketar-ketir. Ketakutan ini datang pasca ramai-ramai bank sentral global kenaikan suku bunga acuan yang akan memperlambat ekonomi. Jika resesi terjadi, permintaan minyak dunia akan susut, harga pun akan mengikuti.

Sebuah lembaga riset di Amerika Serikat (AS) bernama Ned Davis Research, membuat model perhitungan kemungkinan terjadinya resesi global di 2023. Hasilnya mencengangkan, kemungkinan terjadinya resesi global di 2023 mencapai 98,1%.

sumber: https://www.cnbcindonesia.com/

Komentar

Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan juragan lainnya.

Artikel Terkait

ADVERTISMENT

AnekaUKM - One-stop Solution for SMEs

Copyright © 2024 AnekaUKM. All rights reserved.